Siapa sih yang nggak tahu dan belum pernah nonton Monster Inc. Film besutan Disney Studio yang hampir setiap hari libur ditayangkan di televisi, sukses menarik perhatian para penonton khususnya anak – anak.
Film animasi Monsters Inc ini berkisah tentang kehidupan para monster di kota Monstropolis. Kota monster tersebut mendapat energi untuk kehidupan sehari-hari mereka dengan cara menakuti anak kecil dari dunia manusia. Sebuah perusahaan bernama Monsters Inc, tiap harinya mengumpulkan teriakan anak-anak manusia dengan mengirim monster terlatih melewati pintu paralel ke dunia manusia. Para monster kemudian mengumpulkan teriakan anak-anak untuk dijadikan energi membangun kota. Meskipun begitu para monster ini harus berhati-hati agar tidak menyentuh anak-anak tersebut karena bisa terkontaminasi.
Cerita kemudian berpusat pada seorang monster bernama James Sullivan (John Goodman) dan temannya, Mike Wazawski (Billy Crystal). Masalah muncul saat seorang anak yang mereka panggil Boo (Mary Gibbs) masuk ke Monstropolis tanpa sengaja dan menyebabkan kekacauan di seluruh kota. Setelah itu James dan Mike bekerjasama mencoba menemukan cara agar Boo bisa pulang ke dunia manusia dengan selamat.
Selain banyaknya moral value yang bisa kita ambil setelah melihat film ini hingga akhir, tanpa kita sadari film ini juga menyinggung masalah – masalah di dalam manajamen operasi termasuk inventory management. Yang menjadi invenoty atau persediaan dalam film ini adalah pintu – pintu yang digunakan para monster utnuk memasuki kamar para anak di dunia manusia. Pintu – pintu tersebut sangat terorganisir dan disimpan di dalam suatu tenpat yang super luas dan bisa diakses dengan menggesekkan kartu yang terintegrasi dengan pintu – pintu itu sesuai dengan profil anak yang akan ditakuti.
Setiap pintu tidak saling terhubung dengan pintu lain, malainkan hanya akan terkoneksi dengan kartu profil anak yang akan ditakuti sahaja. Oleh karena itu pintu yang akan dibutuhkan untuk menakut – nakuti memakai prinsip independent demand karena tidak terhubung satu sama lain. Setelah menakut nakuti dan mendapatkan energi yang digunakan untuk keperluan sehari – hari, pastilah terdapat permintaan atas energi – energi tersebut. Di dalam konteks ini, energi dari hasil menakuti merupakan contoh dependen demand karena untuk mengahasilkan suatu energi, diperlukan berbagai macam keperluan lain. Seperti para monster untuk menakuti, anak manusia untuk ditakuti, pintu dan kartu guna terhubung ke dunia manusia, serta tabung untuk menampung energi tersebut.
Lalu bagaimana dengan holding cost, ordering cost, dan setup cost di Monster Inc ? Sebenarnya berbagai macam cost tersebut menjadi tidak relevan karena setelah kita melihat animasi ini kita ketahui bahwa semua aspek kehidupan para monster hanya membutuhkan energi dari menakuti anak – anak dan energi itupun diperoleh secara gratis. Tetapi proses yang menimbulkan berbagai biaya tersebut bisa kita telisik di dalam film ini. Holding cost terjadi akbiat menyimpan barang persediaan berupa pintu yang jumlahnya terangat sangat banyak sebanyak jumlah pintu kamar anak – anak dibumi. Ordering cost muncul ketika menunggu pintu yang datang untuk digunakanan menakut – nakuti anak tepat setelah menggesekkan kartu profil anak yang akan ditakut – takuti. Sedangakan setup cost tercipta sebagai dampak dari menyiapkan mesin – mesin sebelum digunakan untuk menakut – nakuti.
Diantara banyakanya inventory model yang ada, bisa kita ambil kesimpulan bahwa Monster Inc menerapkan probabilistic model sebagai akibat dari jumlah demand atau jumlah energi yang tidak diketahui berapa jumlah penggunaannya. Olehkarena itu diperlukan juga safety stock dan simulation untuk mengantisipasi banyaknya jumlah demand yang ada.
Terlepas dari semua itu film Monster Inc ini merupakan salah satu film animasi yang sangat bagus dan bisa dibilang legend, mengingat frekuensi pemutaran yang bisa dibilang hampir pasti tayang di tv menjelang liburan sekolah. Semoga pembaca bisa memperoleh manfaat dan terima kasih sudah membaca J